Senin, 12 September 2011

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Tentang Daur Hidup Hewan melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)Kelas IV SD Negeri Pepedan


PROPOSAL PTK

A.           Judul
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Tentang Daur Hidup Hewan melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)Kelas IV SD Negeri Pepedan

B.            Bidang Kajian
Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)
C.           Pendahuluan
1.     Latar Belakang Masalah
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya persamaan karakteristik, khususnya antara hakikat anak dan hakikat IPA. Hakikat anak usia SD sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Tahap berpikir anak usia SD masih belum formal dan relative masih konkrit, sedangkan hakikat IPA adalah ilmu induktif, penuh dengan contoh kongkret dan mempelajari tentang sesuatu disekitar siswa. Dengan adanya persamaan karakteristik tersebut diperlukan kemampuan khusus guru SD untuk mengkorelasikan antara siswa dan kehidupan alam disekitar siswa dalam empat kemasan pembelajaran .
Sebagai seorang guru, jika menghadapi hambatan apapun tidak boleh menyerah, tetapi harus berusaha sekuat tenaga untuk mengupayakan perbaikan pembelajaran. Dalam usaha memperbaiki pembelajaran seorang guru tidak dapat bekerja sendiri, tetapi membutuhkan bantuan dari teman sejawat atau dari dosen pembimbing yang berasal dari LPTK.
1. Identifikasi masalah
Seperti yang penulis alami sendiri di kelas IV SD Negeri Pepedan Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPA Konsep mendiskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar . Maka penulis melakukan identifikasi, dengan perolehan sebagai berikut:
a.       Sebagian besar (75%) siswa:
-          Belum dapat mendiskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar dengan benar.
-          Aktifitas belajar siswa kelas IV semester I rendah dikarenakan banyak siswa ramai, malas mengerjakan latihan, gaduh di kelas.
b.      Hasil evaluasi sebagian besar (75%) siswa nilainya di bawah KKM (60)
 2. Analisis masalah
Berdasarkan masalah yang sudah teridentivikasi tersebut, maka penulis melakukan refleksi tentang pembelajaran IPA pra siklus dengan mengajukan sejumlah pertanyaan refleksi tentang penyebab permasalahan di atas dan mencoba menganalisis, berdiskusi dengan teman sejawat tentang kemungkinan penyebab permasalahan tersebut dengan hasil sebagai berikut :
a.       Siswa belum terampil mendiskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar  dengan benar disebabkan strategi dan media pembelajaran yang dilakukan guru tidak tepat.
b.      Aktifitas belajar siswa kelas IV semester I rendah menunjukan bahwa metode yang digunakan oleh guru tidak relevan bagi siswa.
c.       Hasil evaluasi sebagian besar (75%) siswa nilainya di bawah KKM (60) kemungkinan disebabkan alat evaluasi yang dibuat oleh guru tidak relevan dengan tujuan yang akan dicapai
Dalam memperbaiki proses pembelajaran, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru. Maka peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI).
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, dimana siswa lebih aktif, kreatif dan terampil dalam pembelajaran IPA karena dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)dapat mendorong siswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom, adanya pergeseran peran guru selama pembelajaran sehingga mendorong timbulnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas mendorong peneliti untuk tertarik mengambil penelitian dengan judul “Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Tentang Daur Hidup Hewan melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)Kelas IV SD Negeri Pepedan ”




2.     Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a).     Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di  atas, serta hasil  refleksi awal peneliti dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri Pepedan ?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1)     Apakah Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA siswa Kelas IV SD N Pepedan ?
2)     Apakah Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran?
3)     Apakah Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Kelas IV SD N Pepedan ?

b).     Pemecahan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan tahapan-tahapan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)sebagai berikut:
1)     Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah yang dipilih.
2)     Guru membantu siswa mendivinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
3)     Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan maslah.
4)     Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temanya.
5)     Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan terhadap mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

3.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1)     Tujuan umum
Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri Pepedan .
2)     Tujuan khusus
1)        Meningkatkan aktivitas siswa dalam  pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .
2)        Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .
3)        Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

4.     Manfaat Penelitian
Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi  sebagai berikut:
1)     Manfaat Bagi Siswa
1)        Dapat meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .
2)        Dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didik khususnya mata pelajaran IPA.
3)        Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2)     Manfaat Bagi Guru
1)        Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki dan mengatasi keterbatasan kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
2)        Dapat memperluas dan menambah wawasan guru   mengenai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA. Aturan dan model tersebut   dapat dijadikan  perbandingan dan pertimbangan bagi guru-guru lainnya yang akan memperbaiki pembelajaran  pada  kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
3)        Dapat memudahkan guru dalam pembelajaran khususnya konsep bangun datar dan bangun ruang.
3)     Manfaat Sekolah
1)        Secara kelembagaan bermanfaat untuk mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam mewujudkan  pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan  pembelajaran  yang  benar-benar  merujuk  kepada  kondisi dan kompetensi realistik sekolah yang bersangkutan.
2)        Diharapkan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)    dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar.
3)        Membantu meningkatkan kompetensi lulusan sehingga dapat mewujudkan tercapainya tujuan Pendidikan Nasional.

D.           Kajian Pustaka
1.     Kajian Teori
a).     Hakekat  Pendidikan, Belajar Dan Pembelajaran
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUSPN Nomor 2 Bab I pasal I). sedangkan dictionary of education, menyatakan bahwa pendidikan adalah :
1.      Proses  seseorang untuk mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
2.      Proses sosial yang terjadi pada orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu secara optinal. Dengan kata lain, harapan pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen (tetap).
Menurut Siddiq (2008), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran  merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu.
Menurut Hernawan dkk (2008), pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Pembelajaran pada intinya merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi pembelajaran. Konsep pembelajaran pada dasarnya terbagi kedalam dua konsep yang berlangsung secara bersamaan, yaitu proses belajar yang dilakukan oleh siswa dan proses mengajar yang dilakukan oleh guru.
Telaah di atas menggambarkan bahwa pendidikan selain merupakan sistem, juga sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen termasuk dalam faktor lingkungan, baik yang sifatnya yang lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik termasuk lingkungan sosial budaya.
Ada mata rantai antara pendidikan, belajar, dan pembelajaran. Pendidikan lebih merupakan interaksi antara pendidikan dan peserta didik. Pendidik melakukan kegiatan mendidik, sedangkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian pendidikan adalah proses interaksi yang mendorong terjadinya proses belajar.
Di lain pihak, belajar adalah aktivitas peserta didik yang secara langsung mengalami, menghayati, dan melakukan proses interaksi yang bertujuan untuk melakukan perkembangan mental menuju kemandirian. Jadi belajar adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik yang sifatnya pengetahuan, sikap ataupun keterampilan.
Menurut Nasution (1982;4) bahwa belajar adalah suatu proses yang memungkinkan berubahnya tingkah laku dan terbentuknya respon utama dengan syarat perubahan itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau adanya perubahan sementara.
Gagne (1984) berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari yang sederhana ke yang kompleks. Oleh sebab itu  proses belajar selalu bertahap dari belajar melalui tanda, kemudian melalui rangsangan reaksi, belajar berangkai, belajar verbal, belajar membedakan, belajar konsep, sampai kepada belajar prinsip dan belajar untuk memecahkan masalah. Hasilnya berupa kapabilitas, baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan tertentu.
Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar, hal ini kiranya mudah dipahami karena bila ada yang mengajar sudah otomatis ada yang belajar, kalau terjadi suatu proses saling interaksi antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada situasi kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi walaupun dikatakan sebagai pengajar, gurupun sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan kegiatan belajar.
Dari proses belajar mengajar ini diperoleh suatu hasil yang disebut hasil pengajaran. Agar diperoleh hail yang optimal, maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir secara baik. Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien (Sudiman A.S, 1986:22).
Dalam usaha pencapaian tujuan perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan pengajaran yang mengkondisikan seseorang belajar.
Hamalik (1995:47) menyebutkan pembelajaran suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Sistem lingkungan belajar ini sendiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing itu, misalnya : tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peran serta dalam hubungan sosial tertentu. Jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia. Komponen-komponen sistem itu saling mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompleks. Masing-masing profil  sistem lingkaran belajar, diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkaran yang berbeda dengan sistem  yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak dan seterusnya.
Hal ini perlu dilakukan oleh kerena kegiatan belajar mengajar ini mengalami batas waktu. Sehingga keterkaitan pada waktu ini juga menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan pendidikan.
Secara singkat kiranya dapat disebutkan bahwa interaksi belajar mengajar merupakan interaksi yang berlangsung dalam antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan dalam melakukan interaksi belajar mengajar tertuang dalam tujuan intruksional khusus yang merupakan tujuan yang eksplisit. Tujuan tersebut disebut juga instructional effect, di samping itu seorang guru dalam mengajar juga hendaknya mempertimbangkan tujuan yang bersifat implicit sebagai tujuan pengiring ataupun tujuan ikutan yang sering disebut naturant effect. Dengan menempatkan tujuan sebagai pusat orientasi belajar mengajar maka komponen lainnya sering disebut naturant effect.
Menurut pasal 1 butir 20 Butir Nomor  20  tahun  2003  tentang Sisdiknas (dalam Winataputra,  2007) yakni, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar.
Pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen tersebut meliputi siswa, guru,  unsur-unsur instrumental, yang terdiri atas program pembelajaran, kurikulum, alat-alat/ media pembelajaran, dan evaluasi. Selain itu adalah faktor lingkungan sekolah, baik lingkungan manusia, alam, dan lingkungan sosial. Selain itu secara umum untuk mewujudkan tercapainya suatu tujuan pembelajaran ada beberapa prinsip-prinsip belajar meliputi:
1.      pembelajaran harus harus memperhatikan perbedaan individu;
2.      siswa sebagai subjek belajar guru menempatkan diri sebagai pembimbing, fasilitator, dan pemantau;
3.      pembelajaran menekankan pada proses dan hasil, bukan pada apa yang dipelajari;
4.      pembelajaran mempergunakan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan teknik dan minat anak;
5.      guru memberikan umpan balik guna peningkatan dan evektivitas pembelajaran.
Beberapa pengertian di atas dapat disatukan bahwa hakekat pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam  proses belajar dan mengajar dimana terjadi komunikasi yang berarti antara siswa dengan guru yang didukung oleh sumber belajar dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan.
b).         Aktifitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka perubahan tingkah laku. Guru tidak dapat melihat aktivitas fikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas fikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku.
Setelah diadakan tes hasil belajar siswa akan diketahui tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Dengan tujuan yang ditetapkan guru dalam perencanaan pembelajaran dapat diukur apakah pembelajaran sudah berhasil atau tidak. Bagi siswa yang tuntas diberikan pengayaan dan bagi  yang di bawah rata-rata temannya diberikan perbaikan. Perbaikan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran dikarenakan tujuan pembelajaran belum tercapai
c).          Prestasi Belajar
Kata hasil belajar sering disebut prestasi balajar. Kata prestasi belajar berasal dari belanda yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang artinya hasil uasaha. Kata prestasi juga berarti kemampuan, ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikkan sesuatu (Arifin, 1999 : 78)
Setelah kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan tes untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Dengan tes akan didapatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai setelah siswa mengikuti pelajaran (pembelajaran) dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar juga dapat diartikan suatu kesanggupan atau hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usahanya mencapai perubahan tingkah laku yang baru meliputi ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan tertentu). Prestasi belajar adalah merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya (Moh. Uzer Usman, 1993:9).
Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar antara lain :
1.      Faktor jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2.      Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri dari; faktor intelektief ( kecerdasan, bakat) dan kematangan fisik maupun psikis.
Sedang faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar antra lain;
1.      Faktor sosial meliputi : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
2.      Faktor budaya meliputi : adat istiadat, ilmu pengetahuan sosial, teknologi dan kesenian.
3.      Faktor lingkungan fisik meliputi : fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim
4.      Faktor lingkungan lingkungan spiritual atau keamanan.
d).         Mata Pelajaran IPA
Ilmu pengetahuan alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima akal sehat. Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataanya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui penca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semestadengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (kaligis dan hendro, 1991 : 3).
IPA merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi dan informasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan IPA/Saint. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan IPA yang kuat sejak dini.
Mata pembelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi dan bertambah hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan IPA dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Dalam setiap kesempatan, dalam pembelajaran IPA hendaknya dimulai dengan mengenalkan masalah yang sesuai dengan siatuasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk mengusai konsep IPA. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi seperti computer, alat peraga, atau media lainnya. (BNSP,2006;157)
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang diajarkan dari kelas I sampai kelas VI. Mata Pelajaran IPA bersifat pengetahuan, melalui pengamatan ketrampilan mengenai berbagai jenis perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang di dalam penggunaannya secara umum terlintas pada gejala-gejala alam.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang dipeoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan (GBPP SD, 1994:129) 
  Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, pengembangan keterampilan, wawasan, dan kesadaran tehnologi dalam kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari (Depdikbud,1994:129)
Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai berikut:
a.          Memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
b.         Memilih keterampilan proses untuk pengembangan pengetahuan dari gagasan tentang alam sekitar.
c.          Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian alam.
d.         Bersikap ingin tahu, kritik, bertanggung jawab dan mandiri.
e.          Mampu menerapkan bermacam konsep Ilmu Pengetahuan Alam untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan dalam kehidupan sehari- hari.
f.          Mengenal alam sekitar.
g.         Memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
e).          Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorentasi pada masalah otentik dari kehidupan actual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis dan suasana nyaman, dan menyenangkan agar siswa dappat berfikir optimal. Indicator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur sintesis, generalisasi dan inkuiri.
Dalam hal ini masalah didevinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaianya.justru problem solving adalah mencari atau menemukancara penyelesaian (menemukan pola, aturan, algoritma). Ssintaknya adalah : sajikan permasalahan yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikassi pola atau aturan yang disajikan, ssiswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga dan akhirnya menemukan solusi.
f).          Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)dalam pembelajaran IPA.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kontekstual  dalam IPA adalah sebagai berikut:
1)     Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tentang daur maklhuk hidup. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah tentang daur maklhuk hidup.
2)     Guru membantu siswa mendivinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan daur maklhuk hidup (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
3)     Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen tentang daur maklhuk hidup untuk mendapatkan penjelasan dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
4)     Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan tentang daur maklhuk hidup dan membantu mereka berbagi tugas dengan temanya.
5)     Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan terhadap daur maklhuk hidup dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.     Kerangka Berpikir
Gambar Skema Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
1.  Pembelajaran berpusat pada guru
2.  Model pembelajaran kurang bervariasi.
3.  Pemahaman konsep belajar IPA siswa kurang.
4.  Siswa pasif.
5.  Hasil belajar IPA siswa rendah.
Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)
Siklus II
Siklus I
Kondisi Akhir
1.  Siswa lebih aktif
2.  Keterampilan guru dalam pembelajaran meningkat
3.  Hasil prestasi belajar meningkat
Kualitas pembelajaran IPA meningkat
 






















Kualitas pembelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri Pepedan tahun pelajaran 2011/2012 pada pembelajaran IPA masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Masalah ini terjadi karena dalam pembelajaranya guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa merasa bosan dan pembelajaran tidak menyenangkan. Berdasarkan beberapa teori belajar dan pembelajaran, maka untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut guru (peneliti) melakukan tindakan dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Dalam melakukan tindakan, peneliti akan melakukan tindakan perlakuan sebanyak dua kali (siklus). Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)akan mengaktifkan guru, dan siswa. Karena baik guru maupun siswa terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Dengan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)siswa dituntut untuk aktif, berani bertindak dan berpikir cepat, sehingga diharapkan siswa dapat termotivasi, dan hasil belajar siswa akan meningkat. Secara umum kualitas pembelajaran IPA juga akan meningkat.

2.     Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka dan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: jika penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)diterapkan maka aktivitas siswa, keterampilan guru dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Pepedan  akan meningkat.

E.            Metode Penelitian
1.     Subyek Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan dalam pembelajaran  IPA  di  Kelas IV SD Negeri Pepedan ,  Kecamatan Moga , Kabupaten Pemalang. Dengan jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 30 orang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan  17 orang siswa perempuan.
2.     Variabel Penelitian.
Adapun  jenis  variabel-variabel  penelitian  yang  menjadi  fokus  tindakan pada penelitian adalah:
a).      aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA  melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) ;
b).     keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) ;
c).      hasil belajar mata pelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .

3.     Prosedur / Langkah-langkah Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut:
a.           Perencanaan
Dalam perencanaan ini meliputi sebagai berikut:
a.       Menetapkan  peneliti  mitra  (observer)  yaitu  Kepala  Sekolah  SD Negeri Pepedan .
b.      Menelaah materi Daur hidup beberapa hewan mata pelajaran IPA serta menelaah indikator bersama tim kolaborasi.
c.       Menyusun RPP sesuai sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI).
d.      Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran berupa gambar.
e.       Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa.
f.       Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru dan angket.

b.          Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama yaitu bulan Juni 2011 dan siklus kedua yaitu bulan Juli 2011.
Penelitian dipusatkan pada pelaksanaan serangkaian pembelajaran yang dipilah kedalam  2  siklus  tindakan.  Pada  setiap  siklus  tindakan  diobservasi, dievaluasi  dan direfleksi data-data atau temuan yang berhubumgan dengan kinerja guru dalam  menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) , dan kinerja siswa mengikuti pembelajaran.

c.           Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati aktivitas siswa dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA yang menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI). Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI).
d.          Refleksi
Setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa dan guru, serta kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA, apakah sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama, kemudian bersama tim kolaborasi membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya sampai mencapai indikator kinerja.

4.     Siklus Penelitian
4.1.   Siklus Pertama
a.        Perencanaan
1).   Menyusun RPP dengan materi sifat-sifat daur hidup beberapa hewan.
2).   Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar.
3).   Menyiapkan lembar kerja siswa.
4).   Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
5).   Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
b.        Pelaksanaan Tindakan
1)     Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tentang daur maklhuk hidup. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah tentang daur maklhuk hidup.
2)     Guru membantu siswa mendivinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan daur maklhuk hidup (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
3)     Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen tentang daur maklhuk hidup untuk mendapatkan penjelasan dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
4)     Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan tentang daur maklhuk hidup dan membantu mereka berbagi tugas dengan temanya.
5)     Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan terhadap daur maklhuk hidup dan proses-proses yang mereka gunakan
c.         Observasi
1).   Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA (dilakukan oleh observer).
2).   Memantau penerapan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .
3).   Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran (dilakukan oleh observer).

d.        Refleksi
1).   Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
2).   Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1.
3).   Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1.
4).   Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2.

4.2.   Siklus Kedua
a.        Perencanaan
1).   Menyusun RPP dengan materi daur hidup beberapa hewan.
2).   Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa media gambar.
3).   Menyiapkan lembar kerja siswa.
4).   Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
5).   Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
b.        Pelaksanaan Tindakan
1)     Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tentang daur maklhuk hidup. Menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah tentang daur maklhuk hidup.
2)     Guru membantu siswa mendivinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan daur maklhuk hidup (menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
3)     Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen tentang daur maklhuk hidup untuk mendapatkan penjelasan dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
4)     Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan tentang daur maklhuk hidup dan membantu mereka berbagi tugas dengan temanya.
5)     Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan terhadap daur maklhuk hidup dan proses-proses yang mereka gunakan
c.         Observasi
1).   Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA (dilakukan oleh observer).
2).   Memantau penerapan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .
3).   Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran (dilakukan oleh observer).
d.        Refleksi
1).   Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 2.
2).   Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 2.
3).   Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 2.


5.     Data dan Cara Pengumpulan Data
5.1.   Sumber Data
1.      Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua, hasil evaluasi dan hasil wawancara guru.
2.      Guru
Sumber data guru berasal dari lembar observasi aktivitas guru dalam Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI).
3.      Data Dokumen
Sumber data dokumen berasal dari data awal hasil tes, hasil pengamatan, catatan lapangan selama proses pembelajaran dan hasil foto.

5.2.   Jenis Data
1.      Data Kuantitatif.
Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar berupa kemampuan siswa menyebutkan daur hidup beberapa hewan dalam mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa.
2.      Data Kualitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hail observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa, aktivitas guru, dan wawancara serta catatan lapangan dalam Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI).
5.3.  Teknik Pengumpulan Data
a)      Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI) .
b)      Observasi
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi.
c)      Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah isian.

6.     Teknik Analisis Data
a.        Data berupa hasil belajar IPA yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase. Rumus persentase tersebut sebagi berikut:
Keterangan:
   = Jumlah frekuensi yang muncul.
      = Jumlah total siswa
       = Persentase frekuensi
Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria sebagai berikut:

Kriteria Ketuntasan
Kualifikasi
Tuntas
< 60
Tidak Tuntas

b.        Data kualitatif berupa data hasil observasi aktifitas siswa dan aktifitas guru dalam pembelajaran kontekstual, serta hasil catatan lapangan dan angket dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

7.     Indikator Keberhasilan
Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri Pepedan  dengan indikator sebagai berikut:
a.         Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.
b.         Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.
c.         90% siswa Kelas IV SD Negeri Pepedan  Kecamatan Moga  mengalami ketuntasan belajar individual sebesar > 60 dalam pembelajaran IPA.

F.            Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dirancang berikut ini :
No
Pelaksanaan Penelitian
Juni
Juli
Agustus
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Proposal PTK
x
x
x









2.
Siklus I













Perencanaan



x









Tindakan




x








Observasi




x








Refleksi





x






3.
Siklus II













Perencanaan






x






Tindakan







x





Observasi







x





Refleksi








x



4.
Pelaporan








x
x
x
x

G.           Tim Peneliti
1.      Nama                                  : NASRUDIN
Jabatan                                : Peneliti (guru)
Lokasi Penelitian                : SD Negeri Pepedan
2.      Nama                                  : NASIRIN, S.Pd.SD
Jabatan                                : Observer (KS)
Unit Kerja                           : SD Negeri Pepedan

H.           Daftar Pustaka
BNSP, (2006). Standar isi, Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar.

Depdikbud, (1993), Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta.

Gagne, N.L dan David C.B, (1984). Educational Psychology.  New Jersi : Houghton.

Hamalik, Oemar, (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

I.G.A.K. Wardani, Kuswaya Wahardit, Noeh Nasoetion, 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Depdikbud,   (1999).   Penelitian   Tindakan   Kelas.   Jakarta:   Direktorat   Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Edi  Hendri  M,  (2006).  Pembelajaran  IPA  di  Sekolah  Dasar.  Bandung  Naskah Buku Ajar untuk UPI Press.

Kasbolah,  K.  (1999).  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK).  Jakarta:  Depdikbud Dirjen Dikti.

Wardani,   I.G.A.K   dkk   (2007)   Penelitian   Tindakan   Kelas.   Jakarta:   Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Tim Sertifikasi Guru, (2011) Sertifikasi Guru Sekolah Dasar. Semarang.